Jumat, 18 April 2014

Undang, Juru Langsir di Stasiun Tertinggi Cikajang



Pada era 1950-an hingga sekitar tahun 1972, Undang menjadi juru langsir lokomotif di Stasiun Cikajang,Kecamatan Cikajang,Kabupaten Garut,Jawa Barat. Stasiun Cikajang adalah stasiun tertinggi di Indonesia,terletak 1.246 meter di atas permukaan laut. Kegagalan dia mengikuti ujian menjadi pegawai tetap pada perusahaan pengelola kereta api pada 1972 tidak menyurutkan semangat hidupnya.

    Stasiun Cikajang merupakan stasiun ujung dari lintasan cabang Stasiun Cibatu,yang melewati Stasiun Garut sepanjang sekitar 47 kilometer. Dari informasi tertulis yang ada di Stasiun Cipeundeuy di lintasan Kiaracondong-Banjar, lintasan Garut-Cikajang disebutkan ,"Sementara ditutup mulai bulan November 1982." Rupanya tidak hanya lintasan Garut-Cikajang yang disebutkan "sementara ditutup",tetapi informasi lainnya menyebutkan ada juga lintasan lain yang "sementara ditutup". Undang tidak bisa memastikan penyebab ditutup nya layanan angkutan transportasi massal kereta api tersebut. Dia hanya menyebutkan , masa-masa akhir operasional kereta api di daerah itu terjadi.,antara lain, karena kekurangan bahan bakar batubara untuk lokomotif.
     Undang kemudian menjalani hidup sebagai kuli,selepas dinyatakan tidak diterima sebagai pegawai resmi perusahaan pengelola kereta api sejak 15 september 1971,nama perusahaan pengelola kereta api  itu adalah Perusahaan Jawatan Kereta Api (PJ-KA) . Nama sebelumnya yaittu Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (DKARI). Mski tidak bekerja lagi sebagai juru langsir,perhatian Undang pada perkeretaapian tidak menyurut. "Saya sekarang mencari nafkah menjadi tukang becak," kata Undang kalem. Meski usianya sydah 82 tahun,tubuhnya masih tegap dam dia merasa sehat. Undang bercerita tentang keluarganya. Perkawinan nya denga n Endjah dikaruniai 13 anak. Dan dua diantara anaknya itu meninggal. 
     Undang lahir pada 1932. Dia bisa dikatakan menjadi saksi hidup denyut nadi perkeretaapian di Stasiun Cikajang. Stasiun ini beroperasi sejak 30 Agustus 1930. Kereta api selain berfungsi untuk mengangkut penumpang juga digunakan untuk mengangkut berbagai komoditas yang dihasilkan di wilayah Jawa Barat bagian selatan tersebut. Sepenggal sejarah pilu dirasakan Undang pada masa-masa pendudukan Jepang pada 1942-1945 dan pergerakan revolusi kemerdekaan. "Waktu itu Stasiun Cikajang juga dibom," ujar nya. Undang mengenang, selama menjalankan pekerjaan juru langsir selama lebih dari 20 tahun ,dia diberi upah sekitar 120 kilogram beras per bulan. Sayang,saat hendak menjadi  pegawai tetap PJKA demi gaji tetap,Undang kandas. Selama setahun berikutnya,dia masih dipekerjakan untuk melangsir lokomotif di Stasiun Cikajang. Waktu pun berlalu 10 tahun , kemudian pada 1982,Stasiun Cikajang mati. Sekarang ini ,kondisi bangunan Stasiun Cikajang mengenaskan.. Sebagai penanda stasiun kereta api yang tertinggi letaknya,Stasiun Cikajang ;uput dari perhatian pemerintah. Undang menyayangkan hal itu bukan karena predikat tersebut,tetapi karena kereta api tetap dibutuhkan masyarakat sampai kapan pun.

Sumber :
Kompas,Senin 14 April 2014